Saturday, January 16, 2016

Filled Under: , ,

Umroh Mandiri, Nikmatnya Ibadah Berdua dengan Istri Part 3

Share

Assalamu'alaikum, bagi pembaca yang langsung masuk ke Part ini, maka dianjurkan untuk membaca dulu part ini kemudian Part 1 dilanjutkan dengan Part 2. Bagi yang sudah membaca kesemuanya, mari di lanjuttt...

Di Part 2 (part sebelumnya), dikisahkan tentang bagaimana tantangan-tantangan yang dihadapi bahkan detik-detik sebelum keberangkatan, mudah-mudahan buat pembaca yang berniat umroh mandiri seperti kami, dimudahkan dan ga harus merasakan apa yang kami rasakan.

Alhamdulillah, tidak ada hambatan berarti, penerbangan dari Kuala Namo International Airport menuju Kuala Lumpur International Airport 2 hanya kami lalui 45 menit, sesampainya di KLIA2, kami menuju imigrasi dan mengambil bagasi. Mungkin pembaca akan bertanya, kan ini fly thru, ngapain ambil bagasi dan cek imigrasi? Ya karena ada masalah penerbangan kami seperti yang diceritakan di Part 2, jadinya penerbangan kami di pecah. Seperti biasa antri di imigrasi di KLIA2 yang panjang dilewati tanpa masalah, kemudian ambil bagasi lalu cari makan deh.. Saya agak kaget, karena dulunya waktu transit via KLIA2 saya masih bisa menggunakan kartu kredit untuk membayar makanan, nah sekarang ternyata mereka hanya menerima cash, saya ga ada duit ringgit, dan kebetulan cari-cari money changer di terminal kedatangan, kok ga ada yah? Mungkin sayanya yang ga ngelihat, akhirnya tarik tunai di atm, dan dipilihlah Burger King sebagai tempat lunch kami berdua (setelah berputar-putar memilih tempat makan), Setelah selesai makan, kemudian kami menuju counter check-in, counter check-in khusus untuk umroh ada di deretan U kalo saya tidak salah ingat. Dan terkagetlah kami saat check-in tersebut yang antri bukanlah manusia, melainkan koper, maklum jama'ah tersebut berangkat rombongan, ada 3 rombongan lebih jama'ah yang kami lihat berdasarkan warna kopernya. Kebetulan saat itu sistem Air Asia sedang down, sehingga kami diminta menunggu, ketika ready saya check-in ke bagian yang disiapkan untuk non rombongan, petugas counternya sempat menanyakan apakah kami berangkat umroh atau tidak? Dan sempat merasa aneh karena tahu kalau kami hanya berangkat berdua tidak rombongan. Setelah proses check-in selesai kemudian masuk imigrasi, stempel, dan menuju ruang tunggu, ternyata kami orang yang pertama datang, kemudian kami menunaikan ibadah dzuhur di jama' dengan sholat ashar, setelah selesai sholat langsung kembali ke ruang tunggu dan masuk ke dalam pesawat, ketika masuk ke pesawat, ternyata kami juga orang pertama yang masuk pesawat, kemudian cek tempat duduk yang sudah di pesankan oleh bagian ground staff di Medan, dan Alhamdulillah kami dapat di bagian Hot Seat, hehe.. nikmat yang datang ketika bisa melewati cobaan dengan sabar pikirku, kami duduk di dekat pintu emergency, dari 3 tempat duduk, hanya diisi oleh kami berdua, jadi kami lebih leluasa. Setelah semua penumpang masuk kedalam pesawat dan pilot di bagian kemudi mengatakan "flight attendant, all door closed, slide bar armed and cross checked" kemudian pesawat push back lalu bersiap untuk lepas landas.

Walaupun hampir seluruh penumpang di pesawat dapat dipastikan adalah muslim yang bertujuan umroh, tapi ada yang tampak beda khusus di pramugari, jika di penerbangan komersil lainnya mereka menggunakan rok, di penerbangan umroh ini mereka menggunakan celana panjang walaupun tidak menggunakan hijab, mungkin ada baiknya kali yah khusus penerbangan umroh pramugari menggunakan hijab. Penerbangan menuju Jeddah, King Abdul Aziz International Airport memakan waktu sekitar 9 jam, ketika masuk waktu sholat ashar terlihat beberapa jamaah asal Malaysia melakukan sholat secara sempurna (tidak duduk, melainkan berdiri seperti biasa) di bagian pintu emergency, karena memang di bagian itu cukup luas, ada yang unik dan mungkin bisa dipraktekkan oleh pembaca, jama'ah Malaysia di setiap tas selempangnya membawa wudhu spray, ya saya sendiri jujur baru tahu tentang alat ini, tekonologi sederhana sebenarnya tapi ini lah yang dianjurkan ketimbang melakukan tayammum, selama masih ada air, walaupun sedikit dianjurkan untuk wudhu dengan menggunakan air, wudhu spray ini seperti botol parfum atau deodoran yang ketika di pencet keluar buliran air, photonya seperti dibawah, saya ambil dari google.

1409463349 944782 z
Wudhu Spray

Cara pakainya tinggal di semprotkan saja dibagian wajib untuk berwudhu, pembaca juga bisa liat bagaimana cara menggunakannya di youtube. Saya merekomendasikan untuk membawa barang ini ketika melakukan perjalanan jauh, kalau airnya habis tinggal di re-fill, praktis dan simple.

Tiba waktunya pembagian makanan, walaupun makanan yang dipesan datangnya berbeda, tapi kami maklum, setelah kenyang kemudian saya membaca buku, istri main game di handphone, kemudian tidur, bangun dan membaca qur'an, dan tidur lagi, ya itu saja yang bisa dilakukan sepanjang 9 jam, hal yang sama juga dilakukan oleh jama'ah lain. Tibalah waktu makan yang kedua, hehe disini agak unik juga, karena kami hanya memesan makan satu kali saja, ya wajar juga karena ini penerbangan sembilan jam, makannya juga dua kali, kami sebenarnya ga lapar-lapar sekali, akhirnya memesan mie instant, dan setelah kenyang, tertidur lagi. Kemudian pilot mengumumkan bahwa beberapa saat lagi akan masuk ke tempat mengambil miqot, jadi buat jama'ah yang langsung menuju mekah harus bersiap-siap memakai ihram, kesalahan yang mungkin banyak terjadi adalah, jama'ah yang berniat langsung ke mekah, tapi memakai ihram di bandara di Jeddah, dan Pilot kemudian mengumumkan bahwa sudah mendekati Qarnul-Manazil, sehingga yang sudah berihram meyiapkan diri untuk berniat, dan berlakulah segala pantangan selama ber-ihram, karena tujuan pertama kami dan banyak jama'ah lainnya adalah ke madinah, maka kami tidak perlu ber-ihram.

Madinah, walau tidak ada satupun rukun umroh dilakukan disana, menjadi tempat yang seperti wajib disinggahi dan di zarahi jama'ah yang melakukan umroh, karena sejarah peradaban Islam dan keistimewaan lainnya.

Tidak beberapa dari itu kemudian pesawat bersiap untuk mendarat, bagi saya dan istri yang baru pertama kali melakukan umroh sangat takjub sekali melihat langit yang terang akibat pantulan cahaya kota di sekitar Jeddah yang sangat terang, sedikit terbesit dalam hati, karena Arab Saudi berupa penghasil energi berupa minyak sehingga mampu menyebarkan energi tersebut untuk menerangi malam, hal yang aneh terjadi di Balikpapan, Indonesia tercinta, walaupun penghasil minyak dan batubara, daerah tersebut sampai sekarang masih sering pemadalam listrik bergilir, wallahua'lam.

IMG 5401
Suasana diluar pesawat sebelum mendarat

Alhamdulillah, pesawat mendarat dengan baik dan kemudian menuju area parkir, kami mendara di terminal Haji. Dan setelah berhenti sempurna, penumpang diijinkan untuk keluar pesawat melalui garbarata, setelah keluar dari pesawat, kami tidak langsung menuju imigrasi melainkan dikumpulkan di ruangan tunggu, sembari menunggu giliran untuk ke imigrasi. Saya pun menggunakan kesempatan tersebut untuk sholat Maghrib dan Isya, buat pembaca, ga usah misuh-misuh ketika masuk toilet di Jeddah, jangan dibayangkan akan sebersih toilet di bandara di negara kita tercinta (walau saya tahu toilet di negara kita ga bersih juga, setidaknya pembaca bisa membayangkan lah yah, hehe), karena niat nya ibadah, bersabar aja, mungkin karena kami mendarat di jam 18:30 waktu setempat, para pekerjanya sudah pulang, sehingga kamar mandinya seperti tidak dibersihkan. Buat yang haus di dalam toilet tersebut disediakan air siap minum, jadi yang haus bisa minum sepuasnya. Setelah sholat, saya pun akhirnya mengabari orang tua dan juga mertua, walaupun sudah pukul 11 malam di Medan, tapi mereka ternyata belum tidur, menanti kabar dari kami. Kami pun membeli sim card yang di ditawarkan oleh pekerja di bandara disana, seharga SAR30, setelah selesai memberi kabar ke orang tua, kemudian menelpon Mahruz, orang yang akan mengurusi kami selama di Madinah, Mahruz ini adalah orang Indonesia yang mukim di Madinah.

Selama proses menunggu ini saya kemudian mencar tour leader jama'ah di Malaysia, untuk apa? Ya karena kami hanya berdua, jadinya kami berharap jika bisa untuk nebeng ke Madinah dari Jeddah, maklum jika naik taxi dari Jeddah ke Madinah, bisa memakan biaya SAR600, jadi kalau bisa nebeng dan bayar lebih murah kenapa tidak, dan saya mencoba approaching ke salah satu Tour Leadernya atau merangkap muthowwif, bagaimana caranya mengetahui bahwa dia sebagai tour leader? Tampilannya pasti berbeda, biasanya tour leader akan menggunakn rompi khusus atau terlihat paling sibuk yang mengatur-ngatur jama'ahnya. Alhamdulillah dari hasil perbincangan dengan beliau, beliau bersedia membantu asalkan masih ada seat kosong di bus.

Pukul 20:00, kami dipersilahkan keluar dari ruang tunggu dan menuju counter imigrasi, baru pertama kali ini saya lihat lautan manusia membanjiri counter imigrasi, jadi di Jeddah ini, masuk ke imigrasi disesuaikan per negara, untuk kami dari Malaysia kebagian 6 counter yang berdekatan, didepan kami masih ada sisa jama'ah dari Sri Lanka yang masih tertahan di imigrasi. Perlu diketahui, antri di imigrasi Saudi merupakan ujian mental tingkat tinggi, bagaimana bisa? Karena sistem infomasi komputernya sangat-sangat lelet, ditambah lagi pihak imigrasi mewajibkan untuk pengambilan photo, sehingga untuk 1 orang bisa memakan waktu 10 bahkan sampai 15 menit, bayangkan saja, jika didepan kita ada antrian sebanyak 30 orang, berarti kita harus menunggu hinga 450 menit atau 7,5 jam! Mungkin karena niatan ibadah, tak banyak dari jama'ah yang mengantri ini yang misuh-misuh, semua tetap tenang, ada juga beberapa yang ngomel-ngomel, tapi petugas imigrasinya cukup awas dan galak, sesiapa yang ngomel-ngomel atau malah selfie di antrian yang panjang tersebut pasti akan didatangi, seperti salah satu jama'ah asal Malaysia yang antri persis didepan kami, mereka wefie sekeluarga dan didatangi pihak imigrasi dan hasil photo tersebut disuruh untuk dihapus.

Kebetulan antrian di depan kami hanya 10 orang, sehingga praktis kami menunggu 1 jam lebih, sungguh ini lah proses imigrasi yang paling lambat selama saya jalan-jalan ke luar negeri. Untungnya untuk penumpang yang berkebutuhan khusus dan orang tua akan diizinkan terlebih dahulu. Setelah proses di imigrasi selesai, kemudian saya bersama istri mengambil barang-barang kami dari bagasi, barang-barang tersebut sudah di turunkan dan di tata rapi, tidak lagi berputar-putar di conveyor belt. Dalam perjalanan keluar dari dalam bandara, kami menemukan jama'ah asal Palembang, kami pikir, mana tau kami bisa menumpang di bus mereka, apalagi karena sesama pemegang passport hijau, jika Allah berkehendak, mereka pastilah mau membantu, setelah saya bicara dengan tour leadernya, ternyata jawabannya tidak sesuai dengan apa yang di inginkan, mereka berdalih bahwa bus yang mereka tumpangi sudah full, kemudian saya ketermu lagi jama'ah dari Jakarta, sama saja mereka berdalih sudah full, dan kemudian saya ketemu juga jama'ah dari First Travel, singkat cerita sama juga, sudah full. Nah inilah cobaan berikutnya yang saya hadapi.

Setelah meminta tolong yang ujungnya kandas, akhirnya saya mencari taxi, tapi setelah keluar melihat-lihat, tidak ada satupun yang menawarkan taxi ke saya, biasanya ada taxi-taxi gelap yang akan menawarkan, mungkin berhubung sudah jam 11 malam, jadi mereka sudah tidak beroperasi lagi, tour leader asal Malaysia tadi juga tidak kelihatan batang hidungnya, mungkin beliau sedang sibuk mengurus jama'ahnya di dalam bandara. Akhirnya saya menelepon Mahruz dan menceritakan kondisi saya, kemudian dia menyuruh menyambungkan saya dengan orang Arab disekitar saya dengan tujuan orang arab tersebut mencarikan saya taxi dengan tujuan Madinah. Mereka berbincang agak panjang, kemudian sang Arab tersebut mengembalikan handphone saya, kemudian pergi keluar mencari taxi. Istri saya sendiri sudah terlihat sangat letih, dan meminta saya agar segera mencari cara agar secepat mungkin keluar dari bandara, saya maklum dengan kondisinya, secara fisik, walaupun masih jam 11 malam di Jeddah, tapi tubuh ini merasakan sudah jam 3 pagi versi WIB, beda antara waktu Saudi dengan WIB terpaut 4 jam lebih lambat. Akhirnya sang Arab datang menemui dan meminta disambungkan lagi dengan Mahruz, kemudian setelah mereka selesai berbincang-bincang, handphone dikembalikan lagi ke saya, dan saya menanyakan apa yang mereka bicarakan, Mahruz mengatakan kalau taxi disana meminta biaya sebesar SAR900 untuk ke Madinah, mungkin karena sudah tengah malam jadi mereka seenak hati menaikkan harga, kemudian Mahruz berujar kalau temannya sedang ada disekitar bandara Jeddah menunggu jama'ahnya, saya diminta untuk (bagaimanapun caranya) keluar bandara dan bertemu temannya tersebut, Mahruz kemudian memberikan nomor handphone dan kemudian saya menghubungi teman Mahruz tersebut, namanya adalah Mukhlis, beliau juga WNI yang mukim di Mekah yang kebetulan sedang menunggu jama'ahnya datang. Kemudian beliau meminta disambungkan ke salah satu orang Arab disekitar saya, yang kemudian orang Arab tersebut mengajak saya menemui seseorang, istri karena sudah terlihat sangat-sangat lelah, saya suruh tetap menunggu di area tempat Jama'ah Malaysia dan Indonesia dikumpulkan (jadi diluar bandar Jeddah ini ada area-area khusus untuk menunggu, biasanya muassasah yang akan mengatur jama'ah-jama'ah sesuai negaranya, dan kemudian didata, Indonesia dan Malaysia di gabung di satu area yang sama, entah kenapa saat kami disana, kami sama sekali tidak menemukan muassasah yang meminta data-data kami). Kemudian saya bertemu dengan salah satu Arab yang lain, dan hasil dari perbincangan tersebut menurut Mukhlis, salah satu orang Arab tersebut bisa mengantarkan saya keluar bandara dan bertemu dengan Mukhlis di luar, dengan biaya SAR100, walau menurut saya tidak masuk akal, tapi melihat istri yang sudah super lelah, saya pun meng-iya kan. Oh iya perlu diketahui, tidak sembarang orang yang boleh keluar area bandara, sebenarnya ada angkutan khusus untuk keluar dari bandara, namun karena sudah tengah malam angkutan itu berhenti ber-operasi, dan juga tidak sembarang kendaraan bisa masuk ke terminal Haji, dan jika mencoba-coba melanggar maka akan didenda, oleh karena itu kami menggunakan jasa orang Arab tersebut untuk keluar dari bandara, tidak jauh dari Bandara, bertemulah saya dengan Mukhlis. Setelah saya tau beliau lebih tua dari saya, kemudian saya sapa beliau dengan Bapak, tidak begitu tua orangnya, mungkin terpaut 5-8 tahun dari saya, beliau sudah 12 tahun katanya menetap di Mekah, saya dan istri di persilakan masuk ke dalam mobilnya, di dalam sedang ada istri dan anaknya yang paling kecil, istri beliau juga orang Indonesia yang lahir di Mekah. Beliau ini sedang menunggu jama'ahnya datang, yang akhirnya saya ketahui jama'ahnya tersebut sama juga seperti saya, umroh backpacker-an, jama'ahnya masih tertahan di bandara, karena proses imigrasi yang sangat lama. Setelah tau keadaan saya, beliau mencoba melobi beberapa bus yang bersiap untuk berangkat, mana tau kami yang hanya 2 orang ini diberikan tumpangan, lagi-lagi kami ditolak, padahal kami lihat masih ada slot kosong di bus, setelah saya menanyakan ke Pak Mukhlis, kenapa mereka kok cenderung ogah memberikan kursinya kepada kami, padahal kami juga mau membayar dan kita sesama pemegang passport hijau. Menurut Mukhlis, itu wajar, karena nanti di perbatasan menuju Madinah akan ada pemeriksaan oleh muassasah, dan jika jumlah di manifest berlebih dengan jumlah orang di dalam bus, maka akan jadi masalah. Padahal, menurut pengakuan Pak Mukhlis yang malang melintang di bidanga per-Umroha-an, Muassasah tidak akan pernah menghitung secara detil, dan biasanya juga ketika beliau mengambil jama'ah yang banyak dan masih terseisa slot kosong di bus, jika ada yang menumpang, pasti akan di berikan tumpangan. Wallahua'lam. Beliau juga memberikan ide untuk mengantarkan kami ke Saptco (bus resmi Saudi) yang bisa mengantarkan kami ke Madinah. Masalahnya adalah sudah jam 2 pagi, sedang bus saptco berhenti beroperasi jam 12 malam, dan kembali beroperasi jam 5 pagi. Jadilah kami menunggu sampai jama'ah pak Mukhlis keluar, mereka kelihatan sering saling bertelepon menanyakan posisi. Akhirnya Pak Mukhlis menanyakan apakah kami mau untuk ikut naik kendaraan dengan mereka dan sharing cost? Saya sudah sangat pasti meng-iyakan, beliau menawarkan SAR100 per-orang, jadi total SAR200, saya tidak ada masalah, yang penting bisa secepat mungkin sampai di Madinah. Lebih dari 2 jam saya menunggu sampai jama'ah Pak Mukhlis datang, jam sudah menunjukkan pukul 04:00, kemudian datanglah jama'ah pak Mukhlis dengan menggunakan kendaraan GMC (seperti Opel Blazer tapi jauh lebih besar), yang akhirnya saya ketahui dia bernegosiasi dengan Muassasah yang memiliki kendaraan GMC tersebut, total jamaa'ah Pak Mukhlis tersebut ada 6 orang, yang semuanya sekeluarga, setelah berkenalan, Beliau bernama Pak Ali yang membawa mertuanya, 3 anak perempuannya dan istrinya, ternyata jama'ah tersebut adalah senior Pak Mukhlis saat di Pesantren dulu. Alhamdulillah wa sykurillah, akhirnya kami bersiap berlpeas menuju Madinah Al Munawaroh, Untuk kendaraaan GMC ini karena cukup besar sehingga saya tidak merasakan terlalu sempit walau di bagian tengah diisi 4 orang. Karena sudah terdengar Adzan subuh kami pun singgah di mesjid di rest area di jalan tol yang kami lewati. Setelah selesai melaksanakan sholat subuh berjama'ah, kemudian kami pun bergegas menuju Madinah, jarak yang kami tempuh dari Jeddah ke Madinah sekita 500km, dan sepanjang itu kami melewati jalan tol yang sangat luas, kalau saya tidak salah ingat satu jalur memiliki 4 lajur, kareana di Saudi kendaraan stir kiri, makan kami berada di jalur kanan, Jalan tol tersebut disediakan gratis oleh pemerintah Arab Saudi. dan jangan kaget dengan kecepatan kendaraan disana. Kecepatan kendaraan kami sendiri paling tidak 140km/jam, dan terasa biasa saja bagi kami, karena jalanannya yang rata dan super mulus. MasyaAllah keren juga pemerintahan Saudi. Tidak banyak pemandangan yang kami lihat sepanjang perjalanan selain padang tandus dan gunung-gunung batu yang selalu tertulis kalimat Allah dalam tulisan arab di setiap gunungnya. dua kali kami berhenti untuk buang air kecil dan mengisi bahan bakar, bahan bakar di Saudi sendiri harganya sunggu mudah, lebih murah dari air mineral kapasital 600ml seharga SAR1, 1 liter bensin di hargai sekitar SAR0,6 dan solar lebih murah lagi hanya 0,45 kalau saya tidak salah ingat disaat itu.

IMG 5409
Pemandangan sepanjang jalan menuju Madinah

Akhirnya, sekitar jam 13:00 waktu Madinah, kami sampai di Madinah, pertama mobil menuju ke Hotel Pak Ali, yang tidak jauh dari Mesjid Nabawi, dan menurunkan beliau, kemudian menuju hotel kami, Al-Shourfah New Madinah, yang tidak jauh juga dari Mesjid Nabawi yang berjarak sekitar 200m dari Mesjid, Alhamdulillah akhirnya kami menginjakkan kaki di Mesjid Nabi. Setelah sholat dan istirahat, kami pun berjalan-jalan sebentar di sekitar hotel sembari menunggu adzan Ashar dan akhirnya saya dan istri menuju mesjid Nabawi untuk menunaikan ibadah sholat Ashar, takjub rasanya hati ini, berkesempatan untuk merasakan sholat di mesjid Nabawi dalam salah satu hadist dituliskan.

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394, dari Abu Hurairah)

Kemudian setelah selesai sholat Ashar, saya mengunjungi makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disampingnya ada makam Abu Bakar dan Umar radhiyallahu 'anhum. Makam Rasul

Makam Rasulullah Sallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Siddiq dan Umar Radhiyallahu 'anhum.

Setelah selesai melaksanakan sholat Ashar kami pun sempat berkeliling masjid Nabawi dan menyaksikan betapa megah dan indahnya mesjid Nabawi ini, dan indahnya senja di pelataran mesjid. Suhu di Madinah saat itu cukup dingin, kalau melihat di handphone senja itu bertemperatur sekitar 12 derajat celcius.

Senja di Nabawi
Senja di Nabawi

Kami menunggu adzan Maghrib kemudian dilanjutkan Isya, dan setelah itu kembali ke hotel menikmati rendang dan ikan teri, dan nasi yang dimasak istri, oh indahnya ibadah ini, semoga Allah menyempurnakan ibadah kami. آمينَ. Sampai disini dulu kisah di Part 3. di Part berikutnya saya akan bercerita tentang ziarah ke Rhaudah, Makam Baqi, Mesjid Quba, Museum Kereta Api dll. yang pastinya lebih seru, tetap ikutin cerita kami.

lanjut ke part 4

21 komentar:

  1. Subhanallah, indah ceritanya pak.

    ReplyDelete
  2. Masyaalloh.... cerita yg cukup inspiratif, bisa membayangkan bagaimana rasanya umroh backpackeran...

    ReplyDelete
    Replies
    1. sudah ada lanjutannya Part 4 dan Part 5, maaf lama menunggu :)

      Delete
  3. Seruu bgt subhanalloh..jd makin ga sabar pgn ksana..mau dong kisah lanjutannya ko ga ada link nya?part 3

    ReplyDelete
    Replies
    1. sudah ada lanjutannya Part 4 dan Part 5, maaf lama menunggu :)

      Delete
  4. Cerita yg Bagus sekali.. Ada kontak yg bisa dihubungi tdk pak.. Khobirmuhamad@gmail.com

    ReplyDelete
  5. Subhanalloh...ceritanya bagus sekali mas...semoga impian kami terwujud juga...

    ReplyDelete
  6. part 4 dan 5 nya dong.....
    sangat inspiratif

    ReplyDelete
  7. Subhanallah Mas Fadlan, Insya Allah saya dan keluarga menyusul umrah mandiri. Bisa tolong dishare dong kontak Mba-nya yg bs bantu pengurusan visa ke email aryanto.arhams@gmail.com . Syukron

    ReplyDelete
  8. Terimakasih atas ceritanya, sangat inspiratif dan senang berkenalan dengan anda, Assalamualaikum...

    ReplyDelete
  9. Mungkin bisa share info lebih lanjut dan share nomer kontak kak butet pada saya yang ingin organize umroh dari sekarang ke email, maraden.aw@gmail.com
    Semoga baroka pak, tks

    ReplyDelete
  10. Sy mohon infonya.kami juga ingin pergi ke tanah suci.terima kasih

    ReplyDelete
  11. salam,boleh minta no tlpn pak mukhlis? barangkali bisa membantu no tlpn bisa di infokan saja ke danicaelmaedwina@gmail.com terimakasih mas :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas bisa minta tolong email no hp nya bu butet ke email sy jimsland81@gmail.com terimakasih

      Delete
  12. terharu saya membacanya pak, sampai berlinang air mata. luar bisa perjuangan anda

    ReplyDelete
  13. Kenapa tidak menggunakan jasa umroh taxi saja? Bisa di gugling. Memang cukup mahal sekitar 600 SAR tetapi ada kepastian krn mereka menjemput kita di bandara.

    ReplyDelete
  14. Subhanallah. Nambah semangat utk kesana ni setelah baca postingan abang, setelah sebelumnya kebingungan jg gimana ngurus visanya. Oya bang, boleh dong sharing2 no kontak yg bisa bantu ngurus LA nya bang hehehe. Deniprobow@gmail.com

    ReplyDelete
  15. Boleh sharing kontak kak butet atau agency yg bisa LA ke email evalinakoe@gmail.com

    ReplyDelete
  16. Replies
    1. saat itu ga ada Pak, sekarang Alhamdulillah udah ada :)

      Delete
  17. ماشاءالله. pengalaman yang menakjubkan. Boleh minta tolong info kontak kak Butet di email ke amanahflyers@gmail.com.
    Atas infonya jazakallaahu khairon katsiron

    ReplyDelete