Saturday, October 1, 2016

Filled Under: , ,

Umroh Mandiri, Nikmatnya Ibadah Berdua dengan Istri Part 5

Share

IMG 5509

 

Alhamdulillah udah masuk Part 5 aja, buat teman-teman yang langsung masuk ke Part 5 ketika membaca blog ini, disarankan untuk membaca dari Part 1 dan seterusnya secara berurutan, check it out..

Seperti yang sudah diceritakan di ending Part 4, saya telah membuat janji kepada sahabat dan guru saya, beliau adalah Hanief Subhi, Mahasiswa Universitas Islam Madinah (Al Jami’ah Al Islamiyyah bil Madinah Al Munawaroh), beliau ini mendapatkan beasiswa full di kampus yang terkenal telah menelurkan para ulama dan ahli dalam bidangnya, rektornya dahulu Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Rahimahullah) yang juga Mufti kerajaan Saudi, dan banyak pula jebolan-jebolannya yang membanggakan tanah air, sebut Ia Ustadz Firanda yang mengisi kajian rutin di Mesjdi Nabawi bersama Ustadz Abdullah Roy, dll yang kini telah kembali ke tanah air menebar dakwah.

Beliau ternyata sudah menunggu kami sebelum jam 10 pagi, sambil berjemur di pelataran Mesjid Nabawi, “cuaca di Madinah di penghujung tahun memang dingin mas” sambutnya. Setelah selesai berkenalan, beliau mengajak saya menuju museum Al Qur’an yang ternyata tempatnya tepat disebelah selatan Mesjdi Nabawi, dan tidak dikenakan biaya masuk untuk melihat dan mengetahui sejarah Al Qur’an di museum tersebut, di dalam kita bisa melihat Al Qur’an yang berusia lebih 100 tahun ditulis dan disusun di kulit rusa, tulisannya sudah tampak pudar tapi masih terjaga dengan baik. Ada juga Al Qur’an terkecil di dunia, yang membacanya saja harus menggunakan kaca pembesar dan tak lupa pula Al Qur’an terbesar. Dan saya sangat tertarik adanya Al Qur’an yang ditulis dijaman sahabat, uniknya selain Al Qur’an tersebut full tulisan tangan yang sangat rapi dan dapat dibaca dengan baik, tidak lupa di sertakan ornamen frame yang sangat detil dan rumit diseluruh lembar Al Qur’an tersebut. MasyaAllah luar biasa sekali, dan ada juga Al Qur’an yang di tulis di batu.

IMG 5501

Al Qur’an terbesar yang ditulis dengan tangan

IMG 5503

Koleksi Al Qur’an di Museum ini

Kemudian setelah puas mengungjungi museum Al Qur’an, kami pun mengunjungi Musen Rasulullah Salallahu Wa ‘Alaihi Wa Sallam, sayang sekali saat disini saya tidak punya photo-photonya, karena keasyikan sendiri mengikuti sejarah singkat, bagaimana rumah Rasul ketika di rekonstruksi dalam bentuk 3D, seolah-olah kita berada di rumah Rasul yang sangat sederhana tersebut, dan meneteskan air mata ketika melihat video sejarah singkat kehidupan Rasul.

Setelah mengungjungi museum Rasul, kami pun berniat untuk mengunjungi Museum Asma’ul Husna, tapi adzan dzuhur sudah berkumandang dengan indah di Mesjid Rasul ini, sehingga kami skip dan Mas Hanief menyarankan untuk mendatangi Museum tersebut keesokan harinya. Setelah itu kami bergegas ke Mesjid untuk melaksanakan sholat Dzuhur. Setelah selesai sholat dan meminum air zam zam yang selalu terisi penuh di dispenser-dispenser di dalam Mesjid, kami pun berniat mengunjungi Mesjid Quba, mesjid yang pertama kali di bangun Rasul. Mas Hanief menyakan pada kami, “Apakah masih ada wudhu? (wudhu belum batal”, dan kami mengangguk bahwa kami masih berwudhu, beliau kemudian menjelaskan keutamaan dalam mengunjungi mesjid Quba sambil membacakan hadist, “Barang siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian pergi ke Mesjid Quba, lalu sholat di dalam mesjid Quba, pahala baginya sebesar pahala umroh (HR. Tirmidzi)” tanpa menghapus kewajiban untuk ber umroh, jelasnya.

Nah disini uniknya, mungkin bagi jama’ah umroh yang telah dikoordinir travel tidak merasakan hal ini, kata Mas Hanief, biasanya setelah selesai sholat Dzuhur, di luar pintu bagian barat Mesjid Nabawi, akan ada semacam angkot yang kernetnya akan teriak-teriak “Ziarah! Ziarah! Ziarah!” Tertnyata ini adalah moda transportasi murah yang akan mengantarkan kita ke 3 tempat ziarah di sekitar Madinah, Mesjid Quba, Mesjid Qiblatain dan Jabal Uhud dan akan kembali lagi ke Mesjid Nabawi, biayanya hanya 10SAR per orang, cukup murah.

IMG 5504

Suasana di dalam Mesjid Quba

IMG 5512

Mas Hanief merangkap juru photo jadinya :) ini bertempat di pintu masuk Mesjid Quba untuk laki-laki

Kemudian setelah dari Mesjid Quba yang mana sudah ditungguin sama pak supirnya, karena kelamaan berfoto-foto, dilanjutkan ke Mesjid Qiblatain, dahulu arah qiblat umat Islam adalah Baitul Maqdis (Masjid Al Aqhso) di Palestina, sampai turunnya wahyu kepada Rasulullah seperti tertulis di Surah Al Baqarah ayat 144, kemudian arah Qiblat berganti ke arah Masjid Al Haram (Ka’bah). Ketika didalamnya kita akan melihat ada 2 Mihrab, satu menghadap ke Palestine, satu menghadap ke Ka’bah, untuk mihrab yang menghadap ke Ka’bah sudah di pugar sedemikian rupa agar jama’ah tidak menghadap ke arah Palestina, jadi hanya tinggal penanda saja. Inilah sebabnya mesjid ini dinamakan Mesjid Qiblatain yang artinya mesjid dengan 2 arah Qiblat.

IMG 5515

Arah Qiblat dahulu yang mengarah ke Mesjid Al Aqhso di Palestina

IMG 5519

Arah Qiblat menuju Ka’bah yang seluruh umat Islam sekarang mengarahkan sholatnya

IMG 5523

Bagian luar Mesjid dengan adanya menara kembar

Sopir sudah menerikkan. ‘Ajalwa! ‘Ajalwa! yang artinya ayo cepat, ayo cepat. Maaf pak sopir.. namanya juga first comer. Mungkin kami disuruh bergegas karena masih ada tujuan terakhir dan pak sopir ga mau terpotong masuknya waktu sholat ashar. Kemudian kami menuju tempat dimakamkannya para tentara perang saat perang Uhud, Perang Uhud ini adalah perang yang dipimpin oleh Rasulullah, dinamakan perang uhud, karena perang ini berlangsung di bukit Uhud, perang ini melawan Kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang, sementara tentara perang muslim saat itu berjumlah 300 orang, dengan berbagai taktik perang dan strategi yang mumpuni, walaupun tentara islam berjumlah lebih sedikit nambun berhasil memukul mundur tentara Kafir Quraisy, namun karena tidak mau mengikuti perintah Rasulullah agar para pasukan pemanah tidak meninggalkan posisinya dalam kondisi apapun sebelum utusan Rasulullah datang memberikan kabar, yang melihat kemenangan sudah ditangan umat Islam dan mereka berlari menuruni bukit untuk mengambil harta rampasan perang. Melihat kondisi ini, Khalid bin Walid yang saat itu berada di pihak kafir Quraisy mengambil kesempatan untuk menyerang kaum muslimin, yang berakhir dengan banyaknya tentara Islam yang mati syahid, dan akhirnya umat Islam menanggung kekalahan dalam peperangan ini. Turut syahid Hamzah, paman Rasulullah yang ditombak secara diam-diam oleh Washyi, budak Jubair bin Muth’im.

IMG 5857

Photo berlatar belakang kuburan tentara yang mati syahid dalam peperangan Uhud

IMG 5859

Photo berlatang belakang bukit Uhud

Sebagai bagian dari servis, yang saya tidak tahu apakah itu dari bapak angkotnya atau sengaja dibagikan saat kami menjiarahi bukit uhud ini, kami mendapatkan free air mineral dingin, Alhamdulillah.. Suasana saat itu memang terik tapi anginnya tetap saja semriwing. Saat dikuburan para mujahidin tersebut tertulis pada plang biru dalam berbagai bahas, tata cara berziarah sesuai sunnah Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Usailah perjalanan kami berziarah disekitar Madinah ini, dan kami kembali menuju Mesjid Nabawi

Sesampainya di Mesjid Nabawi, kami menunggu sholat Ashar sambil menikmati Sawarma yang kami beli di Bakso si Doel, ya warung Bakso si Doel ini adalah warung yang menyediakan masakan Indonesia, mulai dari rendang, gulai dan juga trade mark nya sendiri, bakso! Usai menikmati sawarma dan mendengar cerita bagaiman Mas Hanief bisa sampai mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Islam Madinah, Selepas sholat Ashar, Mas Hanief mengajak kami untuk mengunjungi Museum Kereta Api, atau sering disebut juga dengan museum Turki.

Untuk menuju ke museum ini, mas Hanief memberhentikan mobil pribadi dan bernegoisasi harga untuk menghantarkan kami menuju museum kereta api ini, setelah didalam mobil, mas Hanief menjelaskan, semua mobil pribadi bisa menjadi taxi asalkan harga cocok, hmm.. kalo di tanah air, Uber udah di uber-uber sama taksi resmi, hehe.. Mungkin konsep bersyukur sudah tertanam baik di masyarakat di Madinah, bahwa Allah tidak akan salah memberika rezekinya kepada makhluknya.

Sesampainya di museum yang dikenal dengan Medina Al Munawara Museum and Al Hijz Railway Museum, kami tidak melihat banyak orang disana, dan hanya kami yang baru datang, penjaga juga belum terlihat, dan memang kami datang dimana museum masih jam tutup (semua fasilitas di Saudi akan ditutup ketika masuk waktu sholat), sebelum masuk kedalam museum kereta api, kami pun masuk ke dalam museum khusus yang menjelaskan sejarah tentang adanya stasiun kereta api ini, yang menyambungkan kota Madinah ke Damaskus di Syria. Stasiun kereta api ini dibangun dimasa Turki Usmani, bagaimana kondisi Madinah saat dipimpin oleh Rasulullah, saat pemerintahan Turki Usmani dan juga saat pemerintahan sekarang oleh kerajaan Saud. Kami pun melihat beberapa peninggalan kaum Tsamud, kaumnya Nabi Saleh Alaihissalam. MasyaAllah ketika membayangkan jaman dahulu, kaum Tsamud yang terkenal adalah pandai batu, memahan batuan bukit menjadi rumah tempat tinggal mereka, dan kaum Tsamud ini terkenal juga sebagai pembuat berbagai macam pernak pernik keramik yang kalau dilihat, teknologi mereke sebnarnya sudah sangat modern. Kaum Tsamud sendiri telah di musnahkan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala karena tidak mau mengikuti perintah Allah.

IMG 5526

Batuan-batuan yang ditemukan di Madinah

IMG 5527

Pernak-pernik yang dibuat oleh kaum Tsamud

IMG 5529

Sejarah Madinah yang dulunya bernama Yathrib

Setelah usai berkeliling musem, kami pun dipersilakan masuk ke stasiun kereta api, dan kesan pertama ketika melihat stasiun ini adalah seperti tidak berada di Negara Arab, kami seperti diajak menjelajah waktu dan jarak mengunjungi Eropa, ya design di stasiun ini dipengaruhi oleh negara Turkey yang sempat memerintah di Madinah. Tak menunggu waktu lama, kami pun memanfaatkan kesempatan ini untuk berfoto-foto, kami merasa bersyukur, dijelaskan oleh Mas Hanief bahwa sedikit dari jama’ah Indonesia yang datang ke tempat ini, karena kebanyakan tidak mengetahuinya, dan memang benar, satu jam kami berkeliling di stasiun ini, kami belum menemukan adanya orang yang datang, dan tak beberapa lama kemudian datanglah jama’ah asal Turkey, ya bagi mereka tempat ini sangat istimewa, sebagai napak tilas pemerintahan Turki Usmani yang pernah berkuasa di Madina.

IMG 5538

Bagian dalam stasiun

IMG 5541

Foto berlatar belakang gerbong kereta api, pohon dibelakang itu pohon kurma yah! bukan sawit :)

IMG 5552

Edisi Post Wed, thanks Mas Hanief! nice angle!

IMG 5561

Gerbong kereta yang beralih fungsi menjadi restauran, yang restauran tersebut juga sudah tidak aktif lagi :(

IMG 5572

Nungguin siapa, Neng?

IMG 5581

Workshop kereta yang terkunci, photo ini saya ambil dari lubang dipintu dan ternyata di dalamnya, super WOW!

IMG 5595

Berasa lagi ga di Arab nih..

IMG 5597

suasana didalam workshop lainnya, yang saya ambil melalui jendela

IMG 5598

Panorama sekitar stasiun kereta

Puas berjalan-jalan didalam kami pun meninggalkan museum yang ciamik ini, dan saat keluar ternyata sudah banyak orang-orang tua dari Turkey yang akan masuk ke museum ini, mereka adalah orang-orang yang tak melupakan sejarah.

IMG 5607

Eski adamlar edilir, selamat datang orang tua.

Kamipun kembali ke Nabawi dengan memilih berjalan kaki, dan semakin takjub karena untuk menyebrang jalan dibuatkan terowongan bawah tanah, warbiasah pemerintah Saudi ini. Kemudian karena suhu sudah semakin dingin ditandai dengan mulai tenggelamnya matahari, mas Hanief pun memesankan kami Arabic Tea, yang kini menjadi minuman favorit saya, teh+susu+daun mint. Cocok sekali untuk menghangatkan tubuh. Dijalan pulang kami juga sempat memfoto mesjdi Abu Bakar.

IMG 5610

Mesjd Abu Bakar yang tak jauh dari Mesjid Nabawi

Setelah menunaikan sholat Maghrib di mesjid Nabawi, mas Hanief pun mentraktir kami makan nasi bukhori, agak bingung padahal kami sudah memaksa agar kami saja yang traktir, padahal beliau sampai meluangkan waktunya free untuk kami yang saya tahu ternyata besok beliau ada ujian, wah luar biasa sekali mas Hanief ini, beliau bercerita, ibunya berpesan agar senantiasa membantu jama’ah Indonesia yang berkunjung ke Madinah, urusan traktir ini sudah menjadi janji pada dirinya sendiri, kalau ketemu Hanief, wajib di traktir! Mas Hanief ini golongan manusia yang langka, Kamipun memaksa agar beliau menerima pemberian rendang dari kami, setidaknya beliau terobati kerinduannya dengan masakan Indonesia, semoga suka ya Mas! Pikir kami. Sampai sekarang pun saya masih berhubungan dengan beliau, yang saya ketahui beliau telah menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke tanah air.

Usai sudah Part 5, di part 6, saya akan berbagi cerita tentang persiapan berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah Umroh. Pantengin terus yah!

 

lanjut part 6

2 komentar:

  1. Masya'Allah senang baca ceritanya.. ditunggu part berikutnya pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. udah publish part 6 nya, terimakasih sudah membaca sampe part 5 yah.. http://www.fadlansinaga.com/2016/12/umroh-mandiri-nikmatnya-ibadah-berdua.html

      Delete